Di sudut laboratorium komputer SMA Negeri 1 Bojonegoro, sekelompok siswa tengah sibuk mengerjakan proyek besar mereka. Tema rekayasa teknologi menjadi tantangan yang mereka ambil dengan penuh semangat. Proyek ini bukan sekedar tugas, tetapi juga peluang untuk membuktikan kreativitas dan kemampuan mereka. Dengan mengusung ide smart faucet berbasis Arduino Uno, tim ini memulai petualangan panjang mereka.
Ide yang Cemerlang
Segalanya bermula dari diskusi kelompok. Berbagai ide dilemparkan, dari alat penghemat listrik hingga perangkat rumah pintar. Namun, akhirnya semua sepakat membuat kran air otomatis berbasis Arduino Uno dengan sensor jarak. Inspirasi ini datang dari keresahan melihat air yang sering terbuang percuma karena kran manual yang lupa ditutup.
“Ini pasti berguna, apalagi di sekolah yang sering menggunakan kran umum,” kata Teres, salah satu anggota tim.
Menentukan Komponen
Meskipun idenya terdengar sederhana, eksekusinya tidak semudah itu. Kita semua mulai menyusun daftar komponen, di antaranya:
1. Arduino Uno sebagai otak sistem.
2. Sensor jarak ultrasonik untuk mendeteksi keberadaan tangan.
3. Pompa air sebagai pengontrol aliran air.
4. Relay untuk mengatur listrik ke solenoid.
5. Sumber daya seperti kabel jumper dan breadboard.
Namun, masalah muncul ketika beberapa komponen yang dibutuhkan sulit ditemukan di toko elektronik setempat. Mereka harus memesan secara online dan menunggu beberapa hari hingga barang tiba.
“Waktu kita kan mepet, nih. Harus sabar, tapi tetap kerja efisien,” ujar Rommy, yang bertugas sebagai ketua kelompok.
Percobaan Pertama,Tidak Semulus yang Dibayangkan
Ketika semua komponen terkumpul, mereka langsung memulai perakitan. Skema rangkaian dirancang berdasarkan tutorial yang kami pelajari di internet. Tapi, begitu diuji, sistem tidak berjalan sesuai harapan.
“Kenapa sensor nggak bisa mendeteksi tangan, ya?” keluh Teres, anggota yang mengurus pemrograman.
Setelah diperiksa, ternyata sensor ultrasonik tidak berfungsi optimal karena tegangan daya yang tidak stabil. Masalah ini membuat kami harus menambahkan modul power supply.
Coding dan Uji Coba Berulang
Bagian tersulit adalah pemrograman Arduino. Dengan bantuan kode dasar dari internet, mereka mulai menyesuaikan skrip agar cocok dengan kebutuhan proyek. Berikut logika sederhananya:
• Ketika sensor mendeteksi tangan pada jarak 5-15 cm, kran otomatis terbuka.
• Setelah tangan menjauh, kran akan menutup dalam waktu 3 detik.
Namun, pengujian awal menunjukkan adanya delay yang mengganggu. Sistem terkadang tidak responsif, atau malah kran tetap terbuka meski tangan sudah menjauh.
“Ayo kita Debugging lagi res, jangan menyerah!” ucap saya, sebagai salah satu anggota yang mendapat bagian di pemrograman.
Keberhasilan yang Memuaskan
Setelah tiga hari penuh kerja keras, tim kami akhirnya berhasil membuat sistem bekerja dengan sempurna. Kran otomatis mereka merespons dengan cepat dan efisien. Produk ini bahkan diuji di lingkungan sekolah dan mendapat apresiasi dari guru serta teman-teman.
“Bangga banget, kita bisa menyelesaikan ini. Rasanya semua usaha terbayar,” ujar Rommy dengan senyum lebar.
Pelajaran Berharga dari Proyek
Dari proyek ini, kami tidak hanya belajar tentang teknologi, tetapi juga tentang kerja sama, manajemen waktu, dan menyelesaikan masalah di bawah tekanan.
Proyek ini juga menjadi bukti bahwa dengan ide kreatif, kesungguhan, dan kerja keras, siswa SMA mampu menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Semoga ini bisa menginspirasi teman-teman lain untuk terus berinovasi,” tutup Vella dengan opitimis.
Proyek kran air otomatis berbasis Arduino Uno ini mungkin hanyalah awal dari perjalanan panjang kami di dunia teknologi. Namun, satu hal yang pasti , kami telah membuktikan bahwa impian bisa diwujudkan dengan usaha nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar